Sabtu, 11 Maret 2017

Menentukan Nilai Resistor Atau Tahanan

            Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi jumlah tegangan yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon, serta termasuk komponen pasif. Satuan resistansi dari satu resistor disebut ohm atau dilambangkan dengan  Ώ (omega).Berdasarkan nilai hambatannya, resistor dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu resistor tetap (yang mempunyai nilai hambatan tertentu/tetap) dan resistor variabel (resistor yang nilai hambatannya dapat diubah-ubah/diatur).
   Resistor juga dapat dikelompokkan berdasarkan bahan pembuatannya, yaitu resistor lilitan kawat dan resistor karbon.Resistor lilitan kawat digunakan untuk berbagai keperluan yang membutuhkan akurasi cukup tinggi dan peralatan yang menggunakan variasi arus yang besar, sedangkan resistor karbon merupakan resistor yang paling banyak beredar di pasaran.Resistor karbon mempunyai nilai hambatan yang tetap karena itu disebut juga resistor tetap. Dalam hukum ohm dikenal rumus untuk menentukan nilai tahanan dalam suatu rangkaian tertutup, yaitu:
 
     Keterangan:        V = tegangan
         I = kuat arus
R = hambatan

Berikut ini adalah gambar simbol resistor eropa dan amerika, namun pada umumnya di Indonesia menggunakan simbol amerika.

Untuk membaca besarnya resistansi dari resistor yang mempunyai kode warna dapat melihat table berikut.
  • Menentukan nilai resistor melalui kode warna
  1. Menyiapkan resistor dan alat tulis.
  2. Mengamati gelang warna pada badan resistor dan mencatatnya secara urut. Biasanya gelang terakhir jaraknya agak jauh, dan biasanya berwarna emas, perak.
  3. Menentukan nilai resistor dengan bantuan table kode warna resistor:
  4. Jika gelang warna berjumlah 4, maka gelang ke 1 dan 2 merupakan nilai angka. Gelang ke 3 merupakan pengali. Dan gelang ke 4 adalah toleransi.
  5. Jika gelang warna berjumlah 5, maka gelang ke 1,2 dan 3 merupakan nilai angka.  Gelang ke 4 merupakan pengali. Dan gelang ke 5 adalah toleransi.
  6. Mencatat nilai hambatannya.

  •  Menentukan nilai resistor dengan bantuan multimeter analog
  1. Menyiapkan resistor, alat tulis dan avo meter analog.
  2. Mengarahkan selector pada posisi ohm.
  3. Melakukakan kalibrasi dengan cara meghubungkan probe hitam dan merah lalu memutar tombol 0 ohm adj sampai posisi jarum berada tepat di angka 0 ohm. Dalam setiap pemindahan selector ke posisi ohm meter dengan pengali berbeda, wajib melakukan kalibrasi.
  4. Mengukur nilai resistor dengan menghubungkan probe hitam ke kaki resistor, dan probe merah ke kaki resistor satunya.
  5. Mencatat hasil pengukuran.

  • Contoh Tabel Pengukuran Resistor

Untuk menentukan resistor masih bagus atau tidak, bisa kita lakukan dengan menggunakan rumus dibawah ini. Resistor yang kurang baik ditandai dengan presentase yang melebihi batasnya.
Jika nilai pembacaan gelang lebih besar dibandingkan pembacaan dengan avo, maka menggunakan rumus:
Jika nilai pembacaan dengan avo lebih besar dibandingkan pembacaan gelang , maka menggunakan rumus:
Pada pengukuran resistor yang telah ditulis pada tabel di atas, maka resistor yang kurang baik dan tidak boleh digunakan adalah resistor ke 2 yang mempunyai persentase eror 11.1%, karena persentasemya melebihi persentase yang seharusnya yakni 5%

KESIMPULAN
Penghitungan nilai resistor dapat dilakukan dengan cara menghitung secara manual nilai gelang warna pada badan resistor dan bisa juga menghitung nilainya dengan menggunakan multimeter. Resistor yang diukur masih dalam keadaan baik jika masih dalam batas ukur. Dan dengan menyusun resistor secara seri akan memiliki nilai resistansi yang lebih besar dibandingkan resistor yang disusun secara pararel.
Hasil pengukuran bisa saja berbeda antara pengukuran dengan cara menggunakan multieter dengan pembacaan kode warna. Hal ini bisa disebabkann oleh beberapa factor diantaranya:
  1. jarum yang tidak diatur hingga titik nol,
  2. sudut pandang yang berbeda dalam pembacaan multimeter analog,
  3. kesalahan dalam pembacaan,
  4. resistor yang dalam keadaan kurang baik.

AVO Meter

              Multimeter atau sering juga disebut dengan avometer berasal dari kata AVO dan meter. Dimana A artinya ampere, untuk menghitung kuata arus. V artinya voltase, untuk mengukur tegangan. O artinya ohm, untuk mengukur habatan. Meter yaitu satuan dari ukuran.
Secara umum, pengertian avo meter adalah suatu alat untuk mengukur arus, tegangan baik tegangan bolak-balik maupun tegangan searah, dan hambatan. Berdasarkan prinsipp kerjanya ada dua AVO meter, yaitu AVO meter analog dan AVO meter digital.

.

Bagian-bagian avo:

  1. Pengatur nol ohm atau biasa zero adjusment adalah pengatur / penepat jarum pada kedudukan nol ketika menggunakan Ohmmeter. Caranya : saklar pemilih diputar pada posisi (Ohm),kemudian lakukan konsleting atau menyentuhkan probe merah dengan probe hitam, kemudian tombol pengatur kedudukan 0 diputar ke kiri atau ke kanan sehingga menunjuk pada kedudukan skala 0 Ohm.
  2. Skrup pengatur jarum atau Meter Korektor, berguna untuk menyetel jarum AVO meter ke arah nol, saat AVO meter akan dipergunakan dengan cara memutar sekrupnya ke kanan atau ke kiri dengan menggunakan obeng pipih kecil.
  3. Pointer (Jarum Penunjuk) merupakan sebatang pelat yang bergerak kekanan dan kekiri yang menunjukkan besaran / nilai.
  4. Mirror (cermin) sebagai batas antara Ommeter dengan Volt-Ampermeter. Cermin pemantul pada papan skala yang digunakan sebagai panduan untuk ketepatan membaca, yaitu pembacaan skala dilakukan dengan cara tegak lurus dimana bayangan jarum pada cermin harus satu garis dengan jarum penunjuk, maksudnya agar tidak terjadi penyimpangan dalam membaca.
  5. Scale (skala jarum) berfungsi sebagai skala pembacaan pada avo meter
  6. Probe berfungsi: sebagai kbel penghubung antara terminal avo meter dengan benda yang diukur.
  7. Saklar Pemilih. Saklar ini harus di posisikan sesuai dengan apa yang ingin di ukur, untuk pemilihan batas ukur maksimum jika belum diketahui perkiraan nilai ukurnya bisa dilakukan pemilihan batas ukur terbesar dan memilih kembali setelah terukur dengan pemilihan batas ukur yang lebih presisi

Saklar pemilih ada beberapa pilihan diantaranya:
a. ACV untuk mengukur tegangan bolak balik
b. Buzz untuk mengecek kabel putus, diode bocor
c. Ohm meter untuk mengukur besaran suatu tahanan
d. Hfe untuk pengecekan transistor
e. Contunity untuk pengecekan diode dan kabel
f. DCmA untuk mengukur besaran arus yang mengalir ke beban
g. DCV untuk mengukur besaran kecilnya tegangan searah seperti baterai, acu, dsb


Untuk melakukan suatu pengukuran listrik, Posisi alat ukur pada rangkaian juga harus di perhatikan agar pembacaan alat ukur tidak salah.


  • Posisi alat ukur saat mengukur tegangan

             Pada saat mengukur tegangan baik itu teggangan AC maupun DC, maka Alat ukur mesti di pasang Paralel terhadap rangkaian. Maksud paralel adalah kedua terminal pengukur Umumnya berwarna Merah untuk positif (+) dan Hitam untuk Negatif (-) harus membentuk suatu titik percabangan dan bukan berjejer (seri) terhadap beban.




  • Posisi alat ukur saat mengukur arus

             Untuk melakukan pengukuran arus yang mesti diperhatikan yaitu Posisi terminal harus dalam kondisi berderetan dengan Beban, Sehingga untuk melakukan pengukuran arus maka rangkaian mesti di Buka / diputus / Open circuit dan kemudian menghubungkan terminal alat ukur pada titik yang telah terputus tersebut.



  • Posisi alat ukur saat mengukur Hambatan 

              Yang perlu diketahui saat pngukuran tahanan ialah jangan pernah mengukur suatu tahanan pada saat tahanan terhubung dengan sumber. Ini akan merusak  alat ukur. Pengukurannya sangat mudah yaitu tinggal mengatur saklar pemilih ke posisi Skala ohm dan kemudian menghubungkan terminal ke kedua sisi komponen (Resistor) yang akan di ukur.




Cara membaca nilai tegangan yang tidak terukur:

                 Misalkan Nilai tegangan yang akan diukur adalah 15 VOLT DC (Belum kita ketahui sebelumnya).Kemudian Kita memposisikan saklar pemilih pada posisi DCV dan memilih skala paling besar yang tertera yaitu 1000.  Nilai 1000 artinya nilai tegangan yang akan diukur bisa mencapai 1000Volt. Saat memperhatikan Alat ukur maka dalam layar penunjuk jarum tidak terdapat skala terbesar 1000 yang ada hanya 0-10, 0-50, dan 0-250.  Maka untuk memudahkan membaca perhatikan skala 0-10 saja.
                 Skala penunjukan 0-10 berarti saat jarum penunjuk tepat berada pada angka 10 artinya nilai tegangan yang terukur adalah 1000 Volt, jika yang di tunjuk jarum adalah angka 5 maka nilai tegangan sebenarnya yang terukur adalah 500 Volt, begitu seterusnya.

                 Dimana nilai tegangan yang akan diukur adalah hanya 15 Volt sementara kita menempatkan saklar pemilih pada Posisi 1000, maka jarum pada alat ukur hanya akan bergerak sedikit sekali sehingga sulit bagi kita untuk memperkirakan berapa nilai tegangan sebenarnya yang terukur. Untuk itu pindahkan saklar pemilih ke nilai skala yang dapat membuat jarum bergerak lebih banyak agar nilai pengukuran lebih akurat.
                 Misalkan kita menggeser saklar pemilih ke posisi 10 pada skala DCV. Yang terjadi adalah, jarum akan bergerak dengan cepat ke paling ujung kanan. Hal ini disebabkan nilai tegangan yang akan di ukur lebih besar dari nilai skala maksimal yang dipilih. Jika hal ini di biarkan terus menerus maka alat ukur dapat rusak, Jika jarum alat ukur bergerak sangat cepat ke kanan, segera pisahkan alat ukur dari rangkaian dan ganti saklar pemilih ke posisi yang lebih besar. Saat saklar pemilih diletakkan pada angka 10 maka yang di perhatikan dalam layar penunjukan jarum adalah range skala 0-10, dan bukan 0-50 atau 0-250.
Untuk mengetahui berapa nilai tegangan yang terukur dapat pula menggunakan rumus:


KESIMPULAN
                 Multimeter adalah alat pengukur listrik yang juga disebut AVO. Dalam kehdupan sehari-hari multimeter dapat digunakan untuk mengukur kuat arus, tegangan, maupun hambatan. Dengan memindahkan batas ukur dapat mempermudah pembacaan. Dalam setiap pengukuran harus memposisikan jarum pada posisi nol atau melakukan kalibrasi. Terdapat dua jenis multimeter, yaitu multieter analog dan digital. Multimeter digital dalam hasil pengukurannya lebih akurat daripada multimeter analog.

Sabtu, 04 Maret 2017

Cara Merakit Power Supply Beserta Rumusnya

Assalamualaikum Wr Wb
             Pada pertemuan kali ini saya akan berbagi cara membuat atau merangkai power supply kepada teman-teman sekalian yang semoga kita selalu diberi kenikmatan rezeki yang lebih dan selalu dalam lindunganNya. Amin
             Pertama yang harus diperhatikan dalalam merancang power supply supaya baik dan mendekati sempurna adalah menentukan berapa besar beban yang akan terpasang atau power suplay ini digunakan untuk  menjalankan apa? Jadi kita bisa menentukan berapa voltampere yang akan dibutuhkan oleh alat kita tersebut. Dan berapa kapasitas trafo yang akan dibutuhkan.
             Disini saya memberi contoh jika kita menggunakan trafo 1 Ampere dengan memilih coil di tegangan 15 Volt, serta cara menghitung besar komponen yang dibutuhkan dengan menggunakan rumus.Beginilah proses perakitannya:


Keterangan:

  • Trafo 15V 1Ampere
  • D1 = D2 = D3 = D4 = 2Ampere
  • Elko 3300 microFarad 25V atau lebih dari 25V
  • kapasitor nonpolar 100 nanoFarad

Keterangan diatas sudah saya hitung menggunakan rumus di bawah ini

Note: %r = riple yang baik adalah persen terkecil
jadi semakin besar kapasitor yang terpasang maka semakin kecil riple nya. namun persen riple terkecil dalam kenyataannya adalah 5%
sehingga riple sebaiknya antara 5% - 10%



  1. Gunakan trafo 1A 15V nonCT atau trafo CT. Jika menggunakan trafo CT bisa menggunakan jembatan dengan menggunakan 2 dioda.
  2. Rangkai dioda menjadi dioda bridge. gunakan dioda dengan spesifikasi yang sama. Sejelek-jeleknya dioda yang dipakai untuk trafo 1A adalah dioda 1 Ampere, idealnya memakai 2x ampere trafo yakni dioda 2 Ampere. Dan hubungkan dengan trafo sseperti pada gambar rangkaian.
  3. Pasang sebuah elko yang dipasang secara pararel sebagai filter untuk menghilangkan riple
  4. memasang kapasitor non polar ( Cbypass = 100nF) yang dapat menghaluskan noise
Cukup sekian pembahasan yang mampu saya paparkan, semoga bermanfaat bagi kita semua, dan diberi kelancaran dalam proses perakitannya.
Wassalamualaikum Wr Wb

Cara Menentukan Kaki Basis Transistor



Assalamualaikum Wr Wb     

         Ada 3 buah kaki pada transistor. Dalam pemasangannya tidak boleh sampai terbalik. Kaki-kaki tersebut terdiri dari kaki basis, kaki emitor, dan kaki colektor. Sebenarnya kita dapat menentukan kaki-kaki tersebut dengan melihat data sheet dari transistor yang kita miliki. Jika tidak mempunyai data sheet, bisa kita lakukan pengecekan dengan avo meter pada selektor ohm.
            


Cara menentukan kaki basis pada sebuah transistor dengan multimeter:
  1. Seting multimeter pada ohm meter 1x atau 10x
  2. Hubungkan probe hitam pada kaki yang mana saja, tandai dengan kaki 1
  3. Hubungkan probe merah pada salah satu kaki yang lainnya, tandai dengan kaki 2
  4. Jika jarum bergerak, maka kaki basis antara kaki 1 atau kaki 2
  5. Pindahkan probe merah ke kaki terakhir yang kita tandai dengan kaki 3
  6. Jika jarum bergerak, maka kaki 1 yang disebut sebagai kaki basis
  7. Kalau jarum tidak juga bergerak, cari lagi secara acak sampai ketemu. 
Cara menentukan jenis transistor NPN atau PNP:
  1. Transistor NPN : kaki basis dihubungkan pada probe hitam, kaki colektor dan emitor dihubungkan pada probe merah, maka jarum akan bergerak. Jika penghubungannya dibalik, jarum tidak bergerak.
  2. Transistor PNP : kaki basis dihubungkan pada probe merah, kaki colektor dan emitor dihubungkan pada probe hitam, maka jarum akan bergerak. Jika penghubungannya dibalik, jarum tidak bergerak
Cukup sekian cara menentukan kaki basis pada transistor. Semoga bermanfaat.
Wassalamualaikum Wr Wb